Oleh: Iwan Sumantri
Bersama Kadisdik Prov Jawa Barat |
Cibadak, 31 Desember 2017. Tinggal menghitung jam untuk memasuki tahun 2018. Banyak hal yang sudah dilaksanakan di tahun 2017, tetapi banyak hal juga yang perlu diperbaiki,ditingkat dan jadi cacatan tersendiri di tahun 2018 nanti. PBM Matematika Iwan Sumantri mencoba mengevaluasi dan intropeksi diri dipenghujung tahun 2017.
Menilai orang lain itu paling mudah dan gampang, tetapi menilai dan intropeksi diri merupakan hal yan sulit, karena kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri kita kadang-kadang sulit terungkap,
Tahun 2017 tahun yang berbeda dengan tahun-tahun seleumnya (2016 dan 2017). Baru di tahun 2017 inilah merasakan bagaimana pembelajaran "Full Day" yang digulirkan oleh pemerintah. Sejak masuk pukul 07.00 dan berakhir pukul 15.00 ,Senin sampai dengan Jumat, tentunya perlu kesiapan dan tanggungjawab yang lebih untuk mencerdaskan anak bangsa di negeri ini, agar kelak mereka menjadi geneasi emas di masa mendatang.
"Full Day", mengingatkan PBM Matematika Iwan Sumantri 30 tahun yang lalu ketika masih jadi guru honorer di perguruan Tamansiswa, sejak pagi sampai dengan sore setiap hari aktifitas hampir semuanya terjadi dilingkungan sekolah. Kalau di ingat-ingat rasanya tak percaya bisa melaksanakan tugas sepenuh dan se sibuk pada waktu itu. Karena faktor usia dan kekuatan fisik di tahun 2017 tentunya berbeda, Banyaj hal dan keluhan yang dirasakan di tahun 2017, mulai dari kesehatan yang kadang-kadang tidak fit, kekuatan fisik yang merasa cepat lelah, belum daya ingat yang semakin banyak lupa, tentunya ini perlu jadi perhatian dan kesiapan ekstra dengan bertambahnya usia.
Suka duka di tahun 2017 terasa sekali. Ketika PBM Matematika Iwan Sumantri, bisa jadi Gupres untuk katagori Guru SMP peringkat ke-2, terpanggil jadi IK, melaksanakan pendampingan K-13, terpanggil menjadi peserta workshop memBATIK di tingkat Nasional, menerbitkan buku ber-ISBN (Mendengar Suara Hati) dan hal-hal lain yang menyangkut dalam proses pembelajaran dikelas. Tapi ada hal yang menjadi PR besar di tahun 2017 untuk menjadi tantangan di tahun berikutnya yaitu belum bisa terpilih menjadi peserta INOBEL di tingkat Nasional, kegiatan pembelajaran di tingkat nasional (seminar Nasional,Sendimat dan pelatihan-pelataihan di tingkat Nasional), berbeda dengan tahun 2015 (Masuk Finalis 20 Peserta LKG).
Tapi ada duka yang tak bisa terlupan di tahun 2017, tepatnya Rabu 24 Mei 2017 ketika sang mertua wafat dan dipanggil oleh Allah SWT. Ada pembelajaran yang bisa di jadikan hikmah dan jadi motivasi menjalani hidup ini lebih bertaqwa dan beriman pada Allah SWT. Bagaimana sang kholik memperlihatkan proses sakaratul maut pada insannya yang selalu beriman dan bertaqwa. Bagaimana sang Mertua menerima sakitnya dengan kesabaran dan daya juang yang ikhlas dalam menjalani ujian Allah SWT. Tidak semua orang di jaman sekakarng ini bisa menerima dan mensyukuri dengan ikhlas. terasa benar kehilangan sosok orang tua (mertua) yang jadi panutan di dalam kehidupan sehari-hari, sabar,tak banyak bicara, tak banyak mengeluh,apa adanya, sholeh, rajin beribadah dan selalu peduli terhadap keuarga, semuanya jadi tauladan dan perlu dijadikan contoh.
Tapi semua itu bisa terobati dengan hadirnya sang putra ke 3 (Ataya Rachman Pradana Putra), sang anak yang kehadirannya seperti anugrah dan barakoh serta rizki yang dilimpahkan Allah SWT pada keluarga kami. Sosok Ataya hadir ditengah keluarga kami ketika kami kehilangan sang Bapak (mertua) karena dipanggil oleh Sang Kholik. Jumat, 20 Oktober 2017 sosok anak laki-laki hadir, tentunya jadi harapan dan kekayaan buat keluarga kami, semoga Ataya bisa menjadi anak yang sholeh yang bisa membanggakan kami semuanya.
2017 dalam kenangan PBM Matematika Iwan Sumantri dengan segala kenangan indah dan dukanya, tentu akan jadi acuan dan motivasi di tahun 2018.
Tahun 2018 tentunya akan jadi tantangan tersendiri buat PBM Matematika Iwan Sumantri untuk menjadi lebih baik dan berprestasi. Membuat buku, melakukan PTK, mengikuti kegiatan pelatihan/workshop, menjadi peserta INOBEL, dan hal lain yang menyangkut kegiatan sekolah tentunya harus jadi prioritas tersendiri di tahun 2018. Menjadi guru yang profesional yang memiliki kompetensi pedagogik,sosial,kepribadian,profesional dan menguasai TIK tentunya tak boleh di abaikan tentunya.
Menjaga kesehatan dan tertib dalam menkomsumsi makanan serta minuman juga harus menjadi perhatian tersendiiri dengan bertambahnya usia. Mengontrol emosi dan lebih bijak dalam mensikapi semua masalah juga harus diperbaiki. UKG tak boleh diabaikan ketika masih menjadi guru.
Ingat di tahun 2018, baca buku "Mendengar Suara Hati" itulah petunjuk dan bahan untuk jadi motivasi berintropeksi diri.
Terakhir, semoga di tahun 2018 bisa menjadi tamu Allah melalui Umroh.
Semoga bisa terlaksana !
Buku One SM di tahun 2017 |
Ketika Menjadi Gupres di Tingkat Kabupaten |
Ataya Rachmn Pradana Putra, Anak ke-3 |
Bersama Hammam Pratama Putra, Anak Ke-2 |
Hammam Pratama Putra dengan Piala Terbarunya 2017 |
Dua Bidadari Rumah, Isteri dan Putri Sulung Krani Pratiwi |
Ucapan Selamat Pak Bupati Drs.Marwan Hamami 2017 |
Saat PBM Matematika di dalam Kelas |
No comments:
Post a Comment