"73 Pejuang Bojongkokosan " Pahlawan Sukabumi Yang terlupakan
Oleh: Iwan Sumantri
Tidak hanya merengut nyawa pejuang, perang Bojongkokosan juga menewaskan dan melukai ratusan rakyat sipil. Ratusan rumah hancur setelah Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force) melakukan serangan balasan. Sekutu mengebom beberapa desa di Kompa, Parungkuda, dan Cibadak hingga luluhlantak dan rata dengan tanah.
Memang, banyak hal yang bisa dipelajari dari generasi pejuang di negeri ini, antara lain semangat berjuang, keikhlasan, keteguhan hati, semangat pantang menyerah, keberanian, tidak mengejar imbalan dan seterusnya. Kita generasi muda sekarang banyak berhutang kepada generasi pejuang. Generasi yang tidak membutuhkan pamrih, penghormatan, dan fasilitas Negara. Karena berjuang memang butuh kesabaran dan pengorbanan baik harta maupun jiwa raga.
Nothing to Lose – Michael Learns to Rock Song Lyrics
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Bojong_Kokosan
http://disparbud.jabarprov.go.id
Oleh: Iwan Sumantri
Minggu,10 November 2013 , hari ini saya mencoba berbagi buat para guraru
tentang pahlawan. Ada sebuah catatan sejarah besar yang terjadi tidak
jauh dari tempatku tinggal sekarang yaitu : ” 73 Pejuang Bojongkokosan ”
Pahlawan Sukabumi yang terlupakan. Berikut saya mencoba mengingatkan
kembali peristiwa tersebut, mudah-mudahan menjadi bahan inspirasi bagi
saya dan rekan guraru lainnya.
“Nama-nama Pejuang Yang Gugur Pada Peristiwa Bojongkokosan”
“Orang yang tidak tahu sejarah, tidak akan mengerti hari ini, dan tidak memiliki konsep untuk masa depan” Itulah kutipan pernyataan Bapak R.H. Eddie Soekardi pelaku sejarah pada peristiwa Bojongkokosan .
Setiap tanggal 10 Nopember, di pelataran Museum
Palagan Bojongkokosan yang berada di Jalan Siliwangi No. 75, Desa
Bojongkokosan, Kecamatan Parungkuda, Sukabumi, biasa tiap tahunnya Pemda
dan masyarakat kabupaten Sukabumi memperingati Hari Pahlawan di museum
tersebut. Sebuah museum yang di bangun sebagai tanda penghargaan bagi
para pahlawan yang gugur pada Peristiwa Bojongkokosan yang terjadi
tanggal 9 Desember 1945, yaitu pertempuran antara para pejuang Sukabumi
melawan tentara Inggris dan NICA.
Saya selaku orang Cibadak ,
terkesan dan kagum dengan para pejuang peristiwa Bojongkokosan , yang
sewaktu duduk di SMP Tamansiswa Cibadak sempat di ceritakan kisah heroik
perjuangannya , dan juga langsung mendengarkan serta melihat kisah
perjuangan para pejuang bojongkokosan di museumnya. Sungguh membanggakan
orang Sukabumi khususnya, umumnya orang Jawa Barat,
ternyata Sukabumi memiliki pejuang-pejuang heroik yang tak kalah dengan
daerah lain nya di Nusantara ini. Tapi sayangnya peristiwa tersebut
yang merupakan perang besar belum tercatat dalam sejarah nasional bangsa
ini. Buktinya di buku-buku pelajaran buat para siswa tidak ada yang
secara spesifik menceritakan peristiwa Bojongkokosan.
“Album Kenangan Keluarga Saat berkunjung Ke Meseum Palagan Bojongkokosan”
Oleh karena itu, tidak
heran bila sesepuh Tentara Siliwangi sempat menumpahkan rasa sesal.
Peristiwa Bojongkokosan yang berlangsung 9 Desember 1945 belum
dicatatkan dalam sejarah nasional. Padahal, perang itu sejajar dengan
peristiwa 10 November di Surabaya.
Saya berpendapat
selayaknya, peristiwa bojongkokosan mendapat perhatian dari pemerintah
untuk di jadikan peristiwa sejarah secara nasional dan para pejuang
peristiwa tersebut selayaknya di jadikan pahlawan nasional, kenapa
tidak, coba kita simak kilas balik sejarah perjuangan peristiwa
bojongkokosan yang saya dapatkan cerita dan alurnya sewaktu bekunjung ke
museum Bojongkokosan yang di dalam museum tersebut terdapat 4 (empat)
buah vitrin, baling-baling dan kaca jendela pesawat, serta foto
nama –nama pahlawan yang gugur dalam Peristiwa Bojongkokosan, serta
tujuh buah maket yang menggambarkan tentang peristiwa di Bojongkokosan,
dari mulai penyusunan kekuatan para pejuang sampai pemakaman Jenazah
para pahlawan.
Berikut kilas balik Peristiwa Bojongkokosan :
“Peristiwa heroik itu berawal dari berita yang diterima para pejuang Sukabumi di Pos Cigombong. Ada
serombongan truk konvoi sekutu menuju Sukabumi. Mendengar berita itu,
Kompi III pimpinan Kapten Murad dan laskar rakyat Sukabumi segera
menduduki tempat pertahanan di pinggir (tebing) utara dan selatan jalan
di Bojongkokosan.
Barisan pejuang yang terlibat
dalam peristiwa Bojongkokosan diperkuat senjata rampasan dari tentara
Jepang. Selain penghadangan laju kendaraan pasukan Sekutu dilakukan
pasukan TKR, laskar rakyat seperti Barisan Banteng pimpinan Haji Toha,
Hisbullah pimpinan Haji Akbar dan Pesindo spontan ikut bergabung.
Selepas salat Ashar, konvoi tentara
sekutu datang dari arah Bogor. Mereka diperkuat dengan puluhan tank,
panser wagon, dan truk berisi ribuan pasukan Gurkha. Konvoi itu masuk
garis pertahanan TKR. Saat mendekati tebing Bojongkokosan, pejuang dan
rakyat melepaskan tembakan. Pasukan TKR dan laskar rakyat melakukan
penyerangan secara sporadis.
Menyadari ada serangan, pasukan
sekutu bersenjatakan peralatan perang modern melakukan pembalasan.
Mereka membombadir pertahanan pejuang dengan tank baja dan senapan
mesin. Balasan serangan sekutu membuat pertahanan pejuang menjadi
sasaran lesatan peluru dan mortir.
Para pejuang berhasil lolos setelah
beberapa jam melakukan penyergapan. Mereka meloloskan diri dari serangan
balasan setelah hujan deras disertai kabut mengguyur kawasan itu.
Melihat pejuang berhasil lolos,
pasukan sekutu marah dan menyerang dengan membabi buta. Karena tidak
terima, pejuang dan laskar rakyat kembali melakukan penyerangan terhadap
konvoi tentara sekutu yang diboncengi tentara Belanda.
Pertempuran kembali terjadi di
sepanjang jalan Bojongkokosan hingga perbatasan Cianjur seperti Ungkrak,
Selakopi, Cikukulu, Situawi, Ciseureuh hingga Degung. Perang juga
meluas hingga lintasan Ngaweng, Cimahpardi, Pasekon, Sukaraja, hingga
Gekbrong di perbatasan Sukabumi-Cianjur.
Tentara sekutu yang dalam perjalanan
ke Bandung itu dibuat gentar. Akhirnya komandan sekutu mengajak
berunding dengan pemimpin TKR dan pemerintah setempat. Diwakili Komadan
Resimen III, Letnan Kolonel (Letkol) Edi Sukardi, akhirnya disetujuilah
usulan gencatan senjata.
Hanya saja, gencatan senjata hanya
berlangsung sehari. Tentara sekutu melakukan tindakan tidak terpuji.
Tepat 10 Desember 1945, tentara sekutu kembali membombardir Kecamatan
Cibadak. Pengeboman itu tercatat dalam majalah Belanda Fighting Cocks
karangan Kolonel Doulton. Serangan pesawat-pesawat tempur itu bahkan
tercatat sebagai yang terbesar sepanjang Perang Dunia II. Sekutu
melakukan pengeboman udara setelah mengetahui puluhan tetaranya tewas di
tangan pejuang dan rakyat”
Pada persitiwa itu, 73 pejuang gugur
(nama-nama pejuang sebagian tercatat di museum bojongkokosan). Selama
dua jam, para pehlawan gagah berani itu menyergap konvoi militer Inggris
yang dikawal beberapa tank jenis Stuart. Konvoi dihadang pasukan
Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Sukabumi. Tercatat, 50 orang pasukan
sekutu (Inggris) meregang nyawa, 100 lainnya terluka, dan 30 tentara
hilang.
Tidak hanya merengut nyawa pejuang, perang Bojongkokosan juga menewaskan dan melukai ratusan rakyat sipil. Ratusan rumah hancur setelah Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force) melakukan serangan balasan. Sekutu mengebom beberapa desa di Kompa, Parungkuda, dan Cibadak hingga luluhlantak dan rata dengan tanah.
Sebuah sejarah perjuangan heroik
di tanah Cibadak, puluhan pejuang dan ratusan rakyat yang dengan gagah
berani memperjuangkan bangsa dan negara ini dengan jiwa raganya.
Pembelajaran hidup yang perlu kita teladani dan dijadikan momentum untuk
tetap memelihara jiwa dan semangat kepahlawanan pejuang-pejuang bangsa
di daerah yang tak kalah heroik dengan semangat kedaerahannya.
Memang, banyak hal yang bisa dipelajari dari generasi pejuang di negeri ini, antara lain semangat berjuang, keikhlasan, keteguhan hati, semangat pantang menyerah, keberanian, tidak mengejar imbalan dan seterusnya. Kita generasi muda sekarang banyak berhutang kepada generasi pejuang. Generasi yang tidak membutuhkan pamrih, penghormatan, dan fasilitas Negara. Karena berjuang memang butuh kesabaran dan pengorbanan baik harta maupun jiwa raga.
Pada Peringatan Hari
Pahlawan 10 Nopember 2013, saya selaku warga Cibadak berharap dan berdoa
khususnya kepada 73 Pejuang Bojongkokosan umumnya semua pejuang dan
pahlawan di negeri ini, semoga arwah pejuang-pejuang bangsa ini mendapat
tempat yang layak di sisi Allah SWT, dan kepada keluarga nya semoga
mereka di beri kekuatan dan keteguhan serta kehidupan yang layak.
Amin !
Nothing to Lose – Michael Learns to Rock Song Lyrics
Referensi :
Museum Palagan Bojongkokosanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Bojong_Kokosan
http://disparbud.jabarprov.go.id
2 comments:
Setuju Pak Pahlawanku Idolaku !
Belajar nilai-nilai kepahlawanan orang Sukabumi harus dari sini Pak !
Post a Comment