Pembelajaran Berharga dari Film "KITA VS KORUPSI"
Oleh : Iwan Sumantri
Disela-sela istirahat di hari Minggu, 7 Oktober
2012, saya sempatkan menonton TV Metro dengan sebuah acara Tayang Ulang
Kick Andy dengan tema " Negeri (Andai) Tanpa Korupsi " dengan sebuah
tulisan kecil : "Korupsi
bukanlah isu yang baru dikenal di kalangan masyarakat. Ironisnya,
meski beragam upaya dan wacana terus didengungkan untuk memeranginya,
praktik korupsi tetap berlangsung. Semestinya tak hanya
institusi-institusi pengamat ataupun pemberantas korupsi saja yang
sibuk bersuara. Tetapi gerakan menjadikan kejujuran sebagai sebuah
budaya bangsa dan menghalau semua tindakan. Menarik sekali tayangan ulangan
tersebut buat dunia pendidikan. Dan yang menyentuh saya adalah ketika
Kick Andy menghadirkan Sutradara dan Pemain Film :" Kita Vs Korupsi ".
Oleh : Iwan Sumantri
Foto Sumber : kick Andy.com |
Kita Versus Korupsi adalah
sebuah film omnibus, yang berdasarkan judul yang digunakan oleh film
ini, menceritakan mengenai berbagai hal yang menyinggung mengenai tindak
kasus korupsi – sebuah penyakit sosial dan hukum yang saat ini sedang
mewabah dengan begitu hebatnya di kalangan masyarakat Indonesia. Namun,
mungkin akan jauh dari bayangan banyak orang, Kita Versus Korupsi
tidaklah berniat untuk bercerita secara investigatif mengenai proses
perlawanan terhadap kasus-kasus besar korupsi di negeri ini. Empat film
pendek yang ada dalam satuan Kita Versus Korupsi lebih ingin
menunjukkan bagaimana sebenarnya sebuah tindakan korupsi sebenarnya
dapat berada di berbagai sudut kehidupan keseharian penontonnya.
Kita Versus Korupsi dibuka dengan film pendek arahan Emil Heradi yang berjudul Rumah Perkara.
Dengan latar belakang suasana daerah pinggiran perkotaan, film pendek
ini berkisah mengenai seorang lurah yang bernama Yatna (Teuku Rifnu
Wikana) yang mengkhianati kepercayaan desa yang ia pimpin dengan
membantu proses penggusuran rumah warga untuk sebuah proyek real estate. Sebuah kisah drama komedi romansa dihadirkan oleh Lasja F. Susatyo lewat Aku Padamu
yang berkisah mengenai hubungan asmara yang terjalin antara Vano
(Nicholas Saputra) dan Laras (Revalina S. Temat). Hubungan asmara
tersebut tidak disetujui oleh orangtua Laras. Karenanya, Vano lantas
mengajak Laras untuk kawin lari. Sayangnya, ketiadaan kartu keluarga
justru menghalangi niat tersebut. Sebuah godaan yang datang dari seorang
calo (Norman Akyuwen) justru membawa memori laras kembali ke masa
kecilnya tentang gurunya yang bernama Arwoko (Ringgo Agus Rahman) yang
menjadi korban sistem pendidikan yang tidak adil.
Diarahkan oleh Ine Febriyanti, film pendek ketiga yang berjudul Selamat Siang, Risa!
berlatarbelakang waktu di tahun ’70-an. Seorang pria bernama Arwoko
(Tora Sudiro) bekerja sebagai seorang mandor gudang dengan sikap
tegasnya yang jujur dan anti berbuat curang. Namun, sikapnya tersebut
kemudian mendapatkan ujian ketika salah seorang anaknya sedang menderita
penyakit parah sementara ia dan istrinya, Niken (Dominique) sama sekali
tidak memiliki uang. Kisah terakhir yang dihadirkan dalam Kita Versus
Korupsi adalah film pendek Chairun Nissa yang berjudul Psssttt… Jangan Bilang Siapa-Siapa.
Film pendek ini berkisah mengenai penelusuran seorang siswi sekolah
mengenah atas, Gita (Alexandra Natasha), terhadap mudahnya pembiaran
tindakan korupsi yang telah dimulai dari lingkungan keluarga.
Jangan salah. Walau tidak dirilis secara
luas di layar lebar dan hanya dirilis secara terbatas dengan
memutarkannya melalui rangkaian roadshow yang digelar dari kota ke kota di Indonesia, Kita Versus Korupsi
mungkin adalah film omnibus terbaik yang pernah dirilis hingga saat
ini. Empat sutradara dari empat film pendek yang terdapat dalam Kita Versus Korupsi
mampu dengan tegas menunjukkan bagaimana pemanfaatan waktu yang singkat
untuk menghantarkan sebuah kisah dengan tema penceritaan dan pesan yang
mendalam. Bahkan, yang lebih mengesankan lagi, empat film pendek dalam Kita Versus Korupsi
tetap mampu memberikan elemen sentuhan hati dalam kisahnya – sesuatu
yang banyak dilupakan para pembuat film pendek dalam berbagai film
omnibus yang kebanyakan hanya mengandalkan premis dan jalan cerita yang
mengandung kejutan atau adegan berdarah.
Pemilihan untuk menghadirkan narasi kisah
bertema kasus korupsi dari berbagai sisi kehidupan yang lebih familiar
memang mampu menjadi kekuatan tersendiri bagi Kita Versus Korupsi. Keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi
sama sekali tidak pernah memberikan tudingan atau hujatan pada sebuah
tindakan korupsi. Pendekatan yang dilakukan setiap kisah yang hadir
dilakukan secara positif yakni dengan menunjukkan bahwa sebuah tindakan
korupsi justru akan secara perlahan memberikan dampak negatif pada sang
pelaku maupun orang-orang yang berada di dekatnya. Kita Versus Korupsi
juga lebih memberikan ruang kepada para penontonnya untuk mencerna dan
memahami apa dampak korupsi itu sendiri daripada hanya sekedar mengajak
mereka untuk menghujat para pelaku korupsi.
Selain disutradarai oleh orang-orang yang tahu betul bagaimana cara bercerita dengan baik dan benar, keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi
juga hadir semakin kuat berkat penampilan pengisi departemen akting
film ini. Beberapa diantaranya tampil dengan mengesankan: Nicholas
Saputra dan Revalina S. Temat mampu menghasilkan chemistry yang sangat erat dan meyakinkan pada Aku Padamu.
Sementara itu, penampilan apik Ringgo Agus Rahman dan Tora Sudiro mampu
membuktikan bahwa mereka dapat saja bermain dramatis secara meyakinkan
jika mereka mau – dan berada dalam arahan sutradara yang tepat. Dari
sisi teknis, keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi juga tampil dalam kualitas yang memuaskan.
Sangat menyenangkan untuk menyaksikan sebuah film omnibus seperti Kita Versus Korupsi,
dimana penonton kemungkinan besar akan kesulitan untuk memilih film
pendek favorit mereka karena keempat film pendek yang hadir dalam Kita Versus Korupsi
tampil sejajar dalam kualitas penceritaan dan penampilan yang
memuaskan. Dengan rangkaian cerita yang sederhana, namun disajikan
dengan begitu kuat, kualitas teknis yang tidak mengecewakan sekaligus
didukung dengan penampilan para jajaran pengisi departemen akting yang
begitu mampu dalam menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan, Kita Versus Korupsi adalah film omnibus terbaik yang mampu dihasilkan industri film Indonesia hingga saat ini.
Untuk Lebih jelasnya kita bisa menontonnya lewat tayangan Videonya berikut ini :
No comments:
Post a Comment